Kecemburuan (nya) pada Orang Minangkabau

“Basasok bajarami, bapandam pakuburan, soko pusako kalau tadalami, mambayang cahayo diinggiran”
Meski keseluruhan pernah saya baca dalam beberapa edisi Edisi Khusus Majalah Mingguan Tempo, tapi ketika diterbitkan bentuk buku (KPG, 2010), saya menghabiskan waktu sepekan lagi menuntaskan bacaan ulang empat judul buku — serial “Bapak Bangsa” — dimaksud. (1) Sukarno, “Paradoks Revolusi Indonesia”. (2) Hatta, “Jejak yang Melampaui Zaman”. (3) Sjahrir, “Peran Besar Bung Kecil”, dan (4) Tan Malaka, “Bapak Republik yang Dilupakan”.
Keempat “Bapak Bangsa” yang diulas dalam empat judul buku itu, di negeri ini nyaris tak seorang pun tak mengenal mereka. Soekarno dan Hatta, sang proklamator kemerdekaan, Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama. Sutan Sjahrir, Perdana Menteri RI, pertama. Dan satunya lagi, Tan Malaka, pendiri Partai MURBA, orang yang pertama merumus konsep NKRI. Namun di negeri ini tak banyak yang tahu, jika tiga nama terakhir, asal Minangkabau.

Pada saatnya, saya jujur mengemukakan kecemburuan saya, yang sekian lama terpendam, sejak saya kanak-kanak. Kecemburuan pada orang-orang Minangkabau, tak lain karena kampung halaman saya, di tepi Pantai Lapandoso Bua, Kabupaten Luwu, pada akhir abad ke-16, disitulah pertama kali berlabuh Datuk Sulaiman (Datuk Ri Pattimang), satu diantara tiga “waliullah” — asal Minangkabau — pembawa ajaran Islam pertama di Sulawesi Selatan.
***
Selain tiga nama dari empat “Bapak Bangsa”, serta tiga “waliullah pembawa ajaran Islam pertama di Sulsel, saya tidak habis fikir, bagaimanakah cara orang Minangkabau melahirkan orang hebat semisal Agus Salim (Agam, 1884), mantan Menteri Luar Negeri RI, saat Kabinet Amir Sjarifuddin dan Kabinet Hatta, Perdana Menteri RI kelima, M. Natsir (Alahan Panjang, 1908). Moh. Yamin (Sawahlunto, 1903), perumus teks Sumpah Pemuda dan Pancasila. Juga Rasuna Said (Maninjau, 1910), pejuang persesamaan laki-laki dan perempuan.
Belum lagi menyebut ulama terkemuka, Buya Hamka (Maninjau, 1908), Ketua Umum MUI, penulis novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Juga ada Marah Roesli (Padang, 1889), sastrawan Angkatan balai Pustaka, penulis roman “Siti Nurbaya”. AA Navis (padang 1924), sastrawan penulis novel “Robohnya Surau Kami”. Taufiq Ismail, penyair Angkatan 66, diantara kumpulan puisinya “Tirani dan Bentang”. Serta banyak lagi lainnya.
Berdasar misal kesemua figur unggul itu, jujur kita harus mengakui, sekaligus kecemburuan, bahwa Minangkabau memang terlanjur menjadi sumber — “reproduksi” — produksi orang-orang cerdas dan maha penting di negeri ini. “Bagaimanakah mungkin itu bisa terjadi?”. Demikian saya nyatakan pada sejumlah tokoh muda Minangkabau, sewaktu saya memberi pembekalan Orientasi Pengurus DPD KNPI Sumatera Barat, di Padang, tahun 2007, lalu.
***
Pernyataan yang saya kemukakan secara terbuka di hadapan puluhan tokoh muda Minang “Bagaimanakah mungkin itu bisa terjadi?” — mungkin diketahui pembicara sesudah saya, Indra Jaya Piliang, seorang anak muda Minang yang belakangan menonjol kecerdasannya — oleh tokoh muda Minang, juga tak paham menjawabnya harus mulai dari sisi mana. Padahal saya ingin mereka harus tahu, tak lain karena negeri ini merindukan tokoh sekaliber mereka.
Tertantang kenyataan demikian, saya kemukakan tekad saya pada sejumlah tokoh muda Minang, jika kelak suatu waktu saya punya duit, punya waktu dan punya kesehatan, saya ingin berkelana di bumi bekas Kerajaan Pagaruyung ini. Saya ingin mencari pengobat rindu atas kecemburuan itu. Saya berhasrat — meski saya bukan peneliti — ingin tahu bagaimana cara orang-orang Minangkabau “mengerami” lahirnya anak-anak bangsa secerdas mereka.
Dan sebelum tekad saya terkabul berkelana ke Nagari Minang, secara sederhana saya coba telusuri serpihan dan kepingan tradisi budaya Minangkabau, saya temukan pijakan awal. Pelecut utamanya tak lain karena di Minangkabau — satu etnis yang mendiami wilayah Sumatera Barat sekitarnya — dianut sistem “matrilinial” (silsilah berdasar garis ibu). Ibu sedikit banyaknya memiliki otoritas mengasuh untuk melecut kedigjayaan seorang anak.
***
Faktor lain, karena dalam sistem “matrilinial”, ada disebut “Harta Pusaka Tinggi”, harta milik keluarga yang diperoleh turun temurun melalui garis ibu. Harta ini tidak boleh dijualbelikan, sangat terkecuali karena ada empat hal. Satu diantaranya “mambangkik batang tarandam” (membongkar kayu yang terendam). Maksudnya, hanya bisa jika biaya pesta tak ada untuk pengangkatan penghulu (datuk) atau biaya sekolah anggota kaum ke tingkat lebih tinggi.
Hal lain lagi, karena daerah Minangkabau memiliki banyak “nagari” — daerah otonom yang memiliki kekuasaan tertinggi — dipimpin sebuah dewan disebut “Karapatan Adat Nagari”. Faktor inilah pendorong dinamika masyarakat Minang untuk berkompetisi secara konstan untuk mendapatkan status dan prestise. Setiap kepala “nagari” berlomba meningkatkan status dan prestise keluarga kaumnya. Mendapatkan harta dan sekolah setinggi-tingginya.
Mungkin sebab karena itu, tradisi perantau membias bertumbuhkembang dalam kehidupan masyarakat Minang untuk mengadu nasib di negeri orang. Selain berdagang, juga menuntut ilmu. Itulah cara ideal mencipta kematangan sekaligus prestise akan kehormatan individu di tengah lingkungan adat. Tradisi merantau ini, pada motif hias Miang, dikenal istilah “itiak pulang patang”. Anjuran merantau, mengadu nasib, pulang petang hari bawa kesuksesan.
***
Satu lagi sisi paling spektakuler, rumah gadang khas Minangkabau itu, ternyata hanya dihuni orangtua, anak gadis dan anak balita. Sementara anak laki-laki, sejak akil baliq bermukim di surau. Dari surau inilah awal mula pribadi dan karakter orang Minangkabau dibentuk. Selain belajar mengaji, bela diri randai, petitih Minangkabau, dan ilmu pengetahuan lainnya, untuk ditempa menjadi pribadi tangguh yang siap menanggung beban amanah di kemudian hari.
Saya memamahami sistem dan metode pendidikan surau seperti ini, tidak lebih kurang tiga fase, secara pribadi saya pernah mengalaminya. Pertamakali ketika ikut mengaji dan kajian di kampung. Hal sama kedua kalinya, ketika masa remaja ikut pendidikan “mondok” selama enam tahun di Makassar, dan ketiga kalinya masa mahasiswa saat terlibat di HMI Makassar. Sebab kaitan itu, kecemburuan saya pada orang-orang Minangkabau, tak pudar dan surut.
Terlebih lagi, pesan disampaikan seorang anak gadis Minangkabau ketika saya berkunjung ke Padang, tahun 2007 lalu — seperti saya tuliskan di awal catatan ringan ini — masih lekat teringat dalam benak saya. “Kalaulah ajaran adat dapat didalami dan difahami dengan baik, serta diamalkan di tengah masyarakat, maka masyarakat itu kelak akan tinggi mutunya”.

Tetapkan Tujuan Hidup

"Without goals, and plans to reach them, you are
like a ship that sail with no destination" --
(Fritzhugh Dodson)

Itulah perumpamaan bagi orang yang tidak punya

tujuan dalam hidupnya.

Banyak orang melakoni perannya, tapi tidak tahu

arah hidup yang ingin ditujunya. Mereka-reka hidup
adalah apa yang kemudian dilakukannya.

Bila sesuatu hal buruk terjadi, mereka akan berdalih

nasib tak berpihak padanya.

Tidak jarang seseorang baru menyadari tujuan

hidupnya pada usia tua. Sangat disayangkan memang.

Seringkali orang tidak berani melakukan perubahan

dalam hidupnya. Dia hanya menunggu, dan menunggu
adanya perubahan tersebut... hingga akhirnya tujuan
hidupnya tidak tercapai!

Sebenarnya, tidak masalah jika kita harus mengubah

tujuan hidup beberapa kali. Hal yg terpenting adalah
setiap saat kita mempunyai tujuan hidup yang ingin
dicapai.

Setidaknya kita tahu ke mana kita akan berjalan dan

strategi apa yang harus diambil.

4 Cara Yang Bisa Feri Pakai Untuk Menetapkan

Tujuan Hidup:

1. Apa sebenarnya keinginan Feri?


Tanyakan pada hati nurani, apa sebenarnya

keinginan Feri untuk beberapa tahun ke depan?

Tidak ada salahnya Feri bermimpi. Feri

tidak perlu malu mengakuinya, lagipula, tokh tidak
ada biaya yang harus Feri keluarkan untuk
sekedar bermimpi. ;-)

2. Kumpulkan informasi.


Dengan mengumpulkan informasi, Feri

bisa lebih mudah mencapai tujuan yang diinginkan.

Jika ada orang lain yang sudah berhasil melakukan

yang Feri inginkan, belajarlah dari mereka.
Lakukan apa yang mereka kerjakan!

3. Jangan diam.


Lakukan sesuatu dan secara terus menerus yang akan

membawa Feri pada impian hidup yang diinginkan!

4. Tingkatkan kemampuan


Jika ada cara yang Feri lakukan terbukti efektif

dan mendekatkan pada tujuan yang ingin dicapai,
maka alangkah baiknya jika Feri berusaha untuk
meningkatkan kemampuan dan menambah kecepatan
kinerja agar tujuan hidup Feri lebih cepat tercapai.

Jika keempat hal di atas Feri lakukan secara terus

menerus tanpa lelah dan bosan, Insya-Allah Feri
akan mendapatkan tujuan hidup yang diinginkan.

Feri ibaratnya adalah seorang 'pemahat' atas

gambaran kehidupan Feri sendiri. Dan seorang
pemahat yang baik akan selalu memiliki 'planning'
terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.

Dalam hal ini, Feri pun hanya bisa sebesar dan

sebahagia sebagaimana tujuan yang telah Feri
tentukan. Oleh sebab itu, pahatlah diri
dengan sebaik-baiknya! :-)

Hargai Apa Yang Kita Miliki...........

Pernahkah mendengar kisah Helen Kehler?
Dia adalah seorang perempuan yang dilahirkan
dalam kondisi buta dan tuli.

Karena cacat yang dialaminya, dia tidak bisa

membaca, melihat, dan mendengar. Nah, dlm
kondisi seperti itulah Helen Kehler dilahirkan.

Tidak ada seorangpun yang menginginkan

lahir dalam kondisi seperti itu. Seandainya
Helen Kehler diberi pilihan, pasti dia akan
memilih untuk lahir dalam keadaan normal.

Namun siapa sangka, dengan segala

kekurangannya, dia memiliki semangat hidup
yang luar biasa, dan tumbuh menjadi seorang
legendaris.

Dengan segala keterbatasannya, ia mampu

memberikan motivasi dan semangat hidup
kepada mereka yang memiliki keterbatasan
pula, seperti cacat, buta dan tuli.

Ia mengharapkan, semua orang cacat seperti

dirinya mampu menjalani kehidupan seperti
manusia normal lainnya, meski itu teramat sulit
dilakukan.

Ada sebuah kalimat fantastis yang pernah

diucapkan Helen Kehler:

"It would be a blessing if each person

could be blind and deaf for a few days
during his grown-up live. It would make
them see and appreciate their ability to
experience the joy of sound".

Intinya, menurut dia merupakan sebuah anugrah

bila setiap org yang sudah menginjak dewasa
itu mengalami buta dan tuli beberapa hari saja.

Dengan demikian, setiap orang akan lebih

menghargai hidupnya, paling tidak saat
mendengar suara!

Sekarang, coba Feri bayangkan sejenak....


......Feri menjadi seorang yang buta

dan tuli selama dua atau tiga hari saja!

Tutup mata dan telinga selama rentang waktu

tersebut. Jangan biarkan diri Feri melihat
atau mendengar apapun.

Selama beberapa hari itu Feri tidak bisa

melihat indahnya dunia, Feri tidak bisa
melihat terangnya matahari, birunya langit, dan
bahkan Feri tidak bisa menikmati musik/radio
dan acara tv kesayangan!

Bagaimana Feri? Apakah beberapa hari cukup berat?

Bagaimana kalau dikurangi dua atau tiga jam saja?

Saya yakin hal ini akan mengingatkan siapa saja,

bahwa betapa sering kita terlupa untuk bersyukur
atas apa yang kita miliki. Kesempurnaan yang ada
dalam diri kita!

Seringkali yang terjadi dalam hidup kita adalah

keluhan demi keluhan.... Hingga tidak pernah
menghargai apa yang sudah kita miliki.

Padahal bisa jadi, apa yang kita miliki merupakan

kemewahan yang tidak pernah bisa dinikmati
oleh orang lain. Ya! Kemewahan utk orang lain!

Coba Feri renungkan, bagaimana orang yang

tidak memiliki kaki? Maka berjalan adalah sebuah
kemewahan yang luar biasa baginya.

Helen Kehler pernah mengatakan, seandainya ia

diijinkan bisa melihat satu hari saja, maka ia yakin
akan mampu melakukan banyak hal, termasuk
membuat sebuah tulisan yang menarik.

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran, jika kita

mampu menghargai apa yang kita miliki, hal-hal
yang sudah ada dalam diri kita, tentunya kita akan
bisa memandang hidup dengan lebih baik.

Kita akan jarang mengeluh dan jarang merasa susah!

Malah sebaliknya, kita akan mampu berpikir positif
dan menjadi seorang manusia yang lebih baik. :-)


Ditulis oleh: Anne Ahira

Keberhasilan ditentukan oleh ukuran keyakinan kita untuk meraih kemenangan!

Keberhasilan ditentukan oleh ukuran
keyakinan kita untuk meraih kemenangan!

Ada pepatah mengatakan...


Apa yang sedang kita pikirkan, itulah

yang sedang terjadi, atau akan terjadi.
Oleh sebab itu... Latihlah diri, hati, dan
pikiran kita untuk selalu merespon
hanya pada hal-hal yang positif!

Latihlah ia terus menerus, jangan

hanya sesaat, tapi berkesinambungan
dan sepanjang waktu.

Putuskan Benang Itu!


"Seutas benang itu sesungguhnya hanya

ada dalam pikiran Anda!"

Ada kisah nyata tentang seekor gajah.

Sejak kecil ia sudah dirantai kakinya
dengan seutas rantai sepanjang 4 meter.

Apa yang terjadi ketika rantai itu

diganti dengan seutas benang?

Gajah itu tetap saja berkeliling & tidak

berani melangkah keluar dari area
lingkaran 4 meter tersebut!

Dari kisah ini, pelajaran apa yang

bisa kita ambil?

Maaf, saya tidak bermaksud menyamakan

diri kita dengan seekor gajah. :-)

Namun bisa jadi, kita pun memiliki

'keterbelengguan' dengan seutas tali
yang mengikat diri kita!

Kita tidak berani keluar dari zona yang

dianggap nyaman. Meski sesungguhnya,
kita bisa melakukan banyak hal hebat
dari perkiraan kita!

Mari kita jujur pada diri sendiri,

berapa banyak kesempatan yg sebenarnya
hadir, melintas di depan Feri, namun
Feri tidak mempedulikannya?

Feri mungkin menganggap peluang itu

'terlalu tinggi' untuk Feri, dan
merasa tidak pantas berada disana.

Atau mungkin Feri malah merasa tidak

mampu untuk melakukan hal itu padahal
sama sekali belum pernah mencobanya?

Kita semua tahu, segala hal yang

menurut kita 'begitu hebat', seringkali
tidak selalu seperti yang kita
bayangkan.

Atau hal yang kita anggap sulit,

kadang sebenarnya sangat gampang!

Ada dua kunci dalam hal ini :


1. Feri akan bisa jika Feri berpikir bisa

2. Feri akan gagal jika Feri berpikir gagal

So, jangan menyalahkan siapapun jika

kesuksesan belum menghampiri diri kita.
Sebab, faktor utamanya terletak pada
diri kita sendiri.

Oleh sebab itu, perhatikan dengan

seksama, dan tanya pada diri sendiri,
adakah seutas benang yang telah
membelenggu diri kita selama ini?

Jika ya, maka segeralah untuk putuskan

benang itu!

Cobalah bergerak maju dari lingkaran

yang selama ini kita buat dan telah
membelenggu diri kita sendiri!

Peluang itu sebenarnya selalu hadir

kapan saja. Namun, karena kita selalu
saja menutup mata, telinga, dan pikiran
kita, maka peluang itu akan terlewat
begitu saja!

Jika Feri masih saja ragu untuk

melangkah, cobalah untuk melatihnya
sedikit demi sedikit. Dan jika Feri
sudah yakin, maka segeralah berlari
cepat, keluar dari keterbelengguan
Feri.

Jika sudah seperti ini, maka siapa lagi

yang diuntungkan, jika bukan Feri
sendiri? :-)

Sampai ketemu minggu depan! :-)


>> Anne_ahira

Bekal Sukses Itu Bernama "PD"

Kita adalah RAJA dari pikiran
kita sendiri.

Oleh sebab itu usahakanlah selalu

berprasangka positif, dan hindari
pikiran negatif.

Sebagai 'raja' yang baik, kita

harus mampu untuk slalu memilih
respon positif, meski di tengah
lingkungan paling buruk sekalipun!

Jangan pernah berkata atau merasa

'aku gak layak..' Bercita-citalah
yang besar... berpikirlah maju!

Kita tidak diciptakan untuk menjadi

kalah, tapi diciptakan untuk
memberikan kemenangan! :-)


Bekal Sukses Itu Bernama "PD"


Feri,


Masalah krisis kepercayaan diri (krisis

PD) seringkali menjadi salah satu
masalah klasik yang dialami oleh
sebagian orang.

Meski kelihatannya sederhana, namun

jika dibiarkan berlama-lama, krisis PD
bisa jadi bumerang tersendiri. Salah
satunya, potensi yang ada dalam diri
kita akan terhambat.

Sekarang mari kita ulas sejauh mana

pengaruh kepercayaan diri bisa
mempengaruhi keberhasilan seseorang.

Saat menghadiri seminar atau sebuah

pertemuan misalnya, banyak di antara
kita yang lebih nyaman memilih tempat
duduk di belakang ketimbang di depan.
Alasannya kadang sederhana.. "takut
ditanya sama si pembicara". lol

Namun saat seminar sudah dimulai, yang

duduk paling belakang seringkali jadi
tidak begitu kelihatan atau terdengar
dengan baik apa yang dibicarakan oleh
si pembicara karena terhalang oleh
mereka yang duduk di depan!

Pernah merasa seperti itu? :-)


Atau saat kita masih berstatus pelajar,

apakah kita termasuk yang malu-malu
untuk angkat tangan dan memberikan
jawaban yang sebenarnya kita tahu atas
pertanyaan yang ditanyakan guru kita? :-)

Sekarang, mari kita cari tahu apa saja

yang menyebabkan orang suka minder atau
kurang PD! Berikut beberapa alasannya:

1. Sering berpikir yang 'tidak-tidak'

tentang diri mereka!

"Coba kalau aku tinggi, aku mau dong

jadi model terkenal seperti Luna Maya!
...Tapi sayang, aku nih pendek & item,
gigiku gondrong lagi!!"

** lol, kasihan amet... hehe


Feri, jangan pernah memandang

sebelah mata terhadap diri kita. Semua yg
kita miliki adalah anugerah Tuhan yang pasti
ada manfaatnya.

Coba baca lagi artikel pertama yang

dulu pernah saya kirimkan dengan judul
"Hargai apa yang kita miliki". :-)

2. "Takut Salah" bisa membuat kita

tidak maju.

Jika kita selalu takut salah dalam

melakukan sesuatu, maka pastinya kita
tidak akan pernah bisa berhasil.

Janganlah Feri takut salah! Karena

kesalahan sebenarnya adalah langkah
awal menuju keberhasilan.

Tokoh-tokoh besar dunia yang

penemuannya sekarang kita nikmati,
dulunya mereka banyak melakukan
kesalahan. Namun, mereka terus dan
terus mencoba untuk memperbaiki
kesalahannya hingga tercipta sebuah
penemuan yang besar, seperti lampu
pijar, pesawat terbang, Google :-)

Dan masih banyak lagi yang lain!

Oleh sebab itu, jangan pernah takut
salah!

3. Jika kita bergaul dengan pengecut,

otomatis kita juga akan jadi pengecut

Feri, pergaulan bisa mempengaruhi

kepribadian kita. Jika Feri berada di
lingkungan yang mayoritas tidak punya
rasa PD tinggi, maka jangan harap Feri
bisa PD.

Yakinlah, sedikit banyak, PD kita

sangat dipengaruhi oleh lingkungan
dimana kita berada. Oleh sebab itu,
pandai-pandailah mencari teman atau
pergaulan yang memiliki kepercayaan
tinggi.

Feri juga pasti pernah mendengar

istilah "Jika ingin kaya, bergaulah
dengan orang-orang kaya".

Maksudnya, bukan berarti kalau kita

tidak punya uang bisa bersandar pada
mereka dan pinjam uang! :-) Tapi tujuan
kita adalah bisa menyerap 'cara
berpikir' mereka yang bisa membuat
mereka menjadi kaya!

4. Tidak perlu terpengaruh pendapat

orang lain

Kita seringkali terpengaruh dengan

pendapat orang lain. Sayangnya, tidak
semua pendapat itu benar. Pendapat atau
masukan dari luar boleh saja kita
tampung. Tugas kita adalah *mengolahnya*,
sekaligus untuk evaluasi diri.

Jika ada pendapat yang justru membuat

Feri menjadi mundur dan tidak
berhasil, maka Feri perlu menolaknya,
tanpa perlu terpengaruh oleh pendapat
itu.

Singkat kata, hilangkan jauh-jauh rasa

minder dalam diri kita. Feri tidak
perlu resah dengan kekurangan yang ada.
Jika ada melakukan kesalahan, tinggal
perbaiki kesalahan yang Feri buat, dan
jadikan kesalahan itu sebagai pengalaman.

The last but not least...

Selalu perkaya diri Feri dengan ilmu.
Karena dengan memiliki banyak ilmu,
otomatis kekurangan kita dalam hal lain bisa
tertutupi oleh kelebihan lain yang kita miliki!

Feri, begitu banyak orang yang tidak

menyadari 'sleeping giant' dalam
dirinya. Potensi dahsyat dan besar yang
acapkali diabaikan oleh alam pikirannya
sendiri, yaitu perasaan minder!

So, percaya dirilah Feri! Agar semua potensi

dahsyat yang Feri miliki *keluar* dan
tidak lagi terhambat! :-)

Salam Luar Biasa dari sahabatmu,


Anne Ahira

Asian Brain, CEO

»Awal Asa itu Mulai Terangkai«

Kilasan di atas adalah potongan kisah yang terjadi 2 tahun silam, tepatnya Februari 2007. Berawal dari Latihan Dasar Training Advokasi dan Legislatif (LADSI) 2007 oleh BPM UNPAD, sebuah wacana tentang keberadaan lembaga legislatif mahasiswa di tingkat nasional semakin membuncah di fikiran masing-masing peserta LADSI. Kemandegan kinerja beberapa DPM di Universitas menyebabkan semakin terasakannya sebuah kebutuhan terhadap sebuah forum bertemu dan beranjangsana bagi lembaga legislatif mahasiswa di tingkat nasional.

Setelah melewati training advokasi dan legislatif oleh BPM Unpad dan
Parlemen Pemuda Indonesia (PPI)
sekitar 3 hari, maka di hari terakhir diadakan pembahasan khusus tentang forum tersebut. Forum yang sebelumnya memang sudah ada, tapi kemudian mati suri beberapa tahun, menjadi gerundelan tersendiri bagi peserta. Kenapa forum ini sampai mati suri? Kenapa harus dibahas kembali, sementara peserta yang hadir sama sekali tak punya kepentingan apa pun terhadap forum ini? Ya, pertanyaan yang hadir adalah mengapa dan mengapa?

Hingga pada titik akhir setelah mempertimbangkan haruskah lembaga yang telah mati suri ini dimunculkan kembali, muncul sebuah kesepakatan bersama bahwa apa pun nama forum ini baik dia sudah pernah mati suri atau belum, yang pasti kita bersama disini, delegasi DPM dari Universitas yang tersebar dari Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi memiliki kesamaan kebutuhan. Maka, hadirlah sebuah ide besar untuk menghadirkan kembali wadah bersama bagi lembaga legislatif mahasiswa di tingkat nasional.
Ia hadir bukan di ruang hampa tanpa makna. Ia hadir bukan karena kami membutuhkan eksistensi semata. Ia hadir karena kami memiliki mimpi besar bahwa wadah ini sebagai alat perjuangan kami untuk dapat berkontribusi bersama terhadap almamater tercinta serta perbaikan bangsa ini.

Itulah gejolak yang terasakan ditengah diskusi panjang dan berlarut-larut. Bersama mengambil keputusan untuk membentuk wadah ini kembali, sama sekali bukan hal yang mudah. Ditengah kondisi beberapa kampus masing-masing yang sedang penuh gejolak, mulai dari intervensi (tekanan) pihak rektorat, kemampanan sistem pemerintahan mahasiswa, politik kampus yang memanas serta pastinya masalah internal masing-masing DPM. Namun itu semua, sama sekali tak menghalangi langkah dan komiten bersama untuk mewujudkan perbaikan dalam tubuh lembaga legislatif mahasiswa secara utuh.


Nanggroe Aceh Darussalam. Dari sanalah sejarah panjang ini akan kembali digoreskan. Akan tetapi itu semua bukan berarti tanpa aral melintang sama sekali. Sekitar Juli 2007 ide besar untuk membentuk wadah bersama itu kembali digulirkan dalam pertemuan DPM Se-Indonesia di DPM UII Yogyakarta. Setelah beberapa bulan (sekitar 5 bulan) berlalu tanpa ada kejelasan tentang pelaksanaan persiapan pertemuan di Aceh, maka atas inisiasi beberapa Universitas yang hadir sebelumnya di LADSI, nama FL2MI mulai dilemparkan pada pertemuan di Jogja ini.


Pertentangan jelas terjadi. Indikasi bahwasanya gagasan FL2MI ini ditunggangi oleh gerakan mahasiswa atau partai politik tertentu sangat terasa. Maka tak ayal beberapa Universitas menolak mentah-mentah gagasan FL2MI. Ditengah riuh gemeriahnya acara pertemuan DPM Se-Indonesia, diskusi tentang FL2MI terus dilakukan untuk membuka fikiran bersama akan kebutuhan wadah kebersamaan bagi lembaga legislatif mahasiswa Indonesia. Perlahan suasana yang semula memanas pun mulai mencair dengan saling membuka fikiran masing-masing. Proses mengajak bersama untuk hadir di Aceh dan mencetuskan wadah baru ini, akhirnya menemui titik terang. Beberapa Universitas menyatakan kebersediaannya untuk hadir.


Akhirnya pintu itu terbuka sedikit lebih lebar. Kawan-kawan dari Aceh memberi kabar akan dilaksanakan Konggres I FL2MI untuk merumuskan wadah baru bagi FL2MI. Namun, kembali aral melintang menguji komitmen bersama. Ternyata tidak semua Universitas yang hadir di LADSI dapat menghadiri Konggres I ini ditambah konsep acara yang akan diusung bersama untuk melahirkan FL2MI ternyata masih menjadi tanda tanya bersama.


Kala itu, masih saya ingat dengan jelas bagaimana usaha bahu membahu antara kawan-kawan di Jogja, Aceh serta wilayah yang lain harus menyiapkan Konggres bersama-sama, karena keterbatasan informasi, saksi sejarah serta keterputusan informasi dari pemegang tampuk sebelumnya tentang proses lahirnya wadah ini sebelumnya lalu menjadi mati suri.

Ketika saya melobi satu persatu Ketua-ketua DPM yang hadir di LADSI dan DPM Se-Indonesia di DPM UII untuk hadir di Aceh, maka hadirlah jawab-jawaban yang membuat saya dan kawan-kawan sempat runtuh. “Maaf, saya tidak bisa karena kampus sedang ada Pemilwa”. Atau di saat lain dijawab, “Maaf, karena permasalahan dana, kami belum bisa berangkat”. Lalu sempat juga dijawab, “Maaf, kami belum bisa datang ke Aceh, karena kampus sedang ada masalah dengan rektorat”. Demikianlah beberapa jawaban yang sempat kami dapatkan saat itu.

Berhentikah semuanya hanya disana? TIDAK. Dengan keyakinan bersama bahwa FL2MI harus segera dilahirkan kembali, maka Konggres I FL2MI pun berjalan di negeri Serambi Mekah ini. Saya memang bukan saksi sejarah yang hadir bersama kawan-kawan di Aceh, kala itu. Akan tetapi, perjuangan panjang menghadirkan di FL2MI kembali secara legal formal di Aceh akan menjadi catatan tersendiri dalam kenangan kami bersama.


Melewati beberapa hari dan malam non stop untuk merumuskan kembali wajah baru FLMI ditambah perdebatan dan diskusi panjang adalah serangkaian sejarah panjang yang harus dilewati. Kawan-kawan Aceh (Universitas Syah Kuala) yang berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi terselenggaranya Konggres I FL2MI ditengah kondisi pendanaan yang sempat di ujung tanduk adalah bagian pernak-pernik dari proses panjang ini.


Akhirnya, malam itu saya bisa bernafas cukup lega setelah berjuang dengan beberapa kawan-kawan baik yang di Aceh, maupun di wilayah Indonesia yang lain, kabar gembira kami terima dari Aceh beberapa hari berikutnya bahwasanya Konggres I FL2MI telah usai dan lahirlah FL2MI secara legal formal melalui AD/ART FL2MI yang baru!

November 2007 Kaliurang Yogyakarta. Di titik ini, perjuangan itu kami lanjutkan kembali. Dalam Training Legislatif Nasional&Mukernas (Musyawarah Kerja Nasional) FL2MI yang diadakan oleh UNY (Universitas Negeri Yogyakarta), hadirlah sekitar 30 lebih Universitas yang telah tergabung dalam FL2MI maupun yang belum untuk duduk bersama dan mengejahwantahkan gerak langkah FL2MI secara lebih jelas.

Suatu perkembangan yang luar biasa dari pertemuan ini adalah ekspansi FL2MI yang semakin meluas. Kawan-kawan yang saat itu belum tergabung dalam FL2MI, akhirnya menyatakan untuk bergabung dalam FL2MI. Melalui momentum ini, isu bahwasanya FL2MI hanyalah milik kampus Negeri, karena sebagian besar anggota di awal terbentuknya FL2MI adalah kampus negeri, mulai terhapuskan. Maka sejak itu tak ada lagi dikotomi kampus swasta atau kampus negeri, yang ada hanyalah satu bahwasanya kami adalah FL2MI!


Tulisan ini saya dedikasikan bagi kawan-kawan alumni FL2MI dan juga penerus FL2MI selanjutnya.

“Tak Ada Kata Patah Arang Kawan!”.

Yuli Tri Rahayu

Alumni FL2MI-pengamat setia FL2MI

http://fl2mi.or.id/viewpage.php?page_id=9

semngaaaaad kawan...!!

Kita akan terus dilecehkan apabila tidak memegang prinsip yang kukuh.Bahwa bangsa ini bukanlah bangsa yang mudah untuk ditindas, tetapibangsa yang besar dan punya harga diri.

Kita merendahkan kemampuan bangsa ini kalau kita beranggapan bahwa tidak adayang bisa menggantikan sang pemimpin yang berkuasa sekarang. Kita tidakmengakui sebuah kenyataan kalau kita beranggapan hanya pemimpin yang sekarangyang bisa membawa kemajuan kepada negeri ini.

Seperti Apa Anda Mengukir Sejarah?

Untuk....Temanku yang baik hati!

Tidaklah penting berapa lama kita hidup!
Satu hari, atau seratus tahun...
 Hal yang benar-benar penting adalah
 APA yang kita telah kita lakukan selama hidup kita,
yang bermanfaat bagi orang lain!

"The difference between a successful
person and others is in a lack of will"
~ Vince Lombardi, Football Coach

kebanyakan manusia cukup puashanya dengan...
Lahir - Hidup - dan lalu meninggal.
Hingga akhirnya yang tertinggal hanya tiga baris di batu nisannya :
Si X, lahir tanggal sekian, dan meninggal tanggal sekian!
Inginkah kita  menjalani hidup apa adanya seperti itu?
Seperti apa kita mengukir sejarah?
Ada 3 hal yang bisa membedakan kita dengan kebanyakan orang dalam mengukir sejarah, yaitu...
Kemauan, Keilmuan dan Kesempatan.

1. Kemauan
Kemauan menjadi kata kunci yang paling penting dalam menentukan sejarah hidup kita
kita mau menjadi apa? Seperti apa? dan di mana? Tentunya hanya kita yang paling mengetahuinya!
Cobalah catat semuanya. Baik itu melalui memori, diary, atau melalui selembar kertas sekali pun! kita pasti punya kemauan!
Jangan pernah katakan kita tidak punya kemauan. Hidup itu terlalu pendek untuk di sia-siakan.

2. Keilmuan
Percaya, segala sesuatu itu pasti ada ilmunya! Jika kita punya kemauan dan memiliki ilmunya, maka segala usaha akan tercapai dengan lebih baik.
Itu sebabnya kita harus mau belajar dan belajar. kita bisa belajar dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.
Ingat, tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar, mengenal, memahami, dan mengamalkan sesuatu hal yang bermanfaat bagi kehidupan kitai, begitu juga bagi orang lain.
Dan satu lagi....

3. Kesempatan
Jika kemauan ada, keilmuan ada, makat inggal kesempatanlah yang memutuskan apakah kita bisa mengukir sejarah dengan baik atau tidak.
Kesempatan ini bisa datang dari mana saja, tergantung kecekatan kita dalam memanfaatkan setiap peluang yang ada.
Kita tahu, sering kali kesempatan itu hadir, tapi kita tidak mampu memanfaatkannya dengan benar, karena keilmuannya kurang, meski keinginan kita itu sebenarnya sudah besar.

Jika ini terjadi, tidak jarang orang menyesal dan kadang menjadi berfikir bahwa nasib selalu tidak berpihak padanya.
Sebenarnya tidak demikian ! Dia hanya tidak tahu bagaimana cara menyatukan 3K! Yaitu...
Kemauan, Keilmuan dan Kesempatan!

Nah, sekarang kita tahu, apa yang harus dilakukan untuk bisa mengukir sejarah dengan baik dalam hidup kita!
Padukan antara kemauan, keilmuan dan kesempatan. Jika kemauan sudah ada,keilmuan sudah ada, maka kesempatan itu sebenarnya bisa dicari dan diupayakan!
Dan percaya... ketika ketiga unsur ini berpadu dalam hidup kita, maka sejarah kebesaran tentang anda telah dimulai. :-)

Di Mana Tempat Terbaik Kita?

Dimanapun kita berada, maka disitulah
tempat terbaik kita..!

Seringkali kita merasa terkungkungdengan lingkungan dimana kita berada.
Tidak jarang orang berpikir dan merasabahwa tidak mungkin bagi mereka untukbisa meraih sukses.

Misalnya mereka yang hidup di daerahterpencil, merasa susah, dan jauh untukmendapat sentuhan teknologi, ataumenerima informasi terbaru dengan cepat.

Hingga berpikir, begitu susahnyaberjuang dan mengembangkan usaha.
Sebaliknya, mereka yang hidup di kotabesar berpikir betapa sesaknya dunia.Begitu ketatnya tingkat persainganhidup.

Dimana pun berada, saling sikut, salingsenggol, saling tendang. Hingga akhirnyamemutuskan, memang susah untuk menjadiyang terdepan.

Dalam berjuang segala sesuatunya memangseringkali tidak sesuai keinginan kita.Bisa jadi kita merasa lingkungan tidaklagi ramah, dan kondisinya tidak nyaman.
Padahal sesungguhnya, dimanapun kitaberada, pahami bahwa ITULAH tempatterbaik kita. Tempat dimana kita hidup,tempat di mana kita memperjuangkan apapunyang kita inginkan.

Sekarang, mari kita renungkan sejenak...
1. Jika kita selalu saja berpikir bahwatempat lain adalah lebih baik, makasampai kapan kita akan mulai berjuang?
2. Jika kita selalu saja menunggudatangnya kesempatan emas di tempatlain, berapa banyak waktu yangterbuang, hanya sekadar untukmenunggunya?
3. Jika kita selalu saja menunda apapunyang bisa kita lakukan di tempat kitaberada sekarang, maka berapa banyakkesempatan yang terbuang percuma?

Dan masih banyak lagi hal yang perlu
kita renungkan..!
Karenanya, jika saja kita mau berpikirbahwa inilah tempat terbaik kita, maka
kita akan memiliki kesadaran dan kemampuanuntuk membuat segala sesuatunya menjadilebih baik, lebih bernilai, dan penuh arti!

temanku...
Kita semua memiliki kesempatan emas untukmenjadi besar & benar dimana saja... asal,kita mau memperjuangkannya!


Seni Memaksimalkan Daya Tarik !

Memiliki kepribadian yang menarik pasti di idamkan setiap insan.
Saya, Anda,maupun siapa saja.
Kehadiran pribadi yang menarik selalu dinanti-nantikan banyak orang.
Ketiadaannya dirindukan.
Pertanyaannya, kualitas istimewa APA yang ada pada manusia,
yang bisa membuat orang lain kagum dan terpesona?
Dan... ANDA-kah orangnya?

Sebagian orang mungkin berpikir hanya orang-orang yang cantik, ganteng secara fisik, pintar, atau bahkan kaya yang memiliki daya tarik? Sebenarnya tidak demikian!
Setiap orang berpotensi untuk menjadi seorang insan yang memiliki daya tarik tinggi, menjadi sosok yang dielu dan diharapkan. Termasuk anda sendiri! Pesona anda bisa ditumbuhkan dan diciptakan dengan energi positif yang anda miliki.
Bagaimana memunculkan aura positif anda agar membuat ketertarikan bagi yang lainnya?

Berikut adalah 7 Seni Memaksimalkan Daya Tarik:
Terus berbuat baik tanpa pernah menghitungnya
Lakukan kebaikan layaknya menulis diatas pasir dan pahatlah di batu untuk setiap kesalahan yang Anda lakukan.
Artinya, lupakan setiap kebaikan anda kepada orang lain, tak perlu menghitung. Sikap seperti ini akan melatih keikhlasan, dan pada saat terbiasa, anda akan merasakan arti puas yang sejati.

Merendahlah Agar anda Menjadi Tinggi
Orang yang merendah justru banyak disenangi orang lain. Lain halnya dengan orang yang sombong, kerendahan hati merupakan perwujudan dari toleransi dan memiliki nilai yang tinggi.
Kerendahan hati dan kedamaian saling bertautan. Percayalah pada diri sendiri, dan singkirkan keinginan untuk selalu ingin membuktikan pada orang lain.

Jagalah Kemurnian
Tampilah 'apa adanya'. Jadilah diri sendiri. Untuk memiliki daya tarik kita tidak perlu menjadi orang lain.Menjadi diri sendiri jauh lebih bernilai ketimbang kita selalu ingin tampil 'seperti orang lain'.

Jadilah Orang Yang Penuh Minat
Apa yang anda katakan pada diri sendiri tentang kehidupan dan diri anda sendiri, dari hari ke hari, adalah efek yang luar biasa.
Sepanjang waktu, lihatlah diri anda sendiri sebagai pribadi yang menarik.Pertahankan perasaaan itu sejelas mungkin dalam pikiran.
Dengan sendirinya, 'alam' akan menarik segala hal yang penting untuk menyempurnakan perasaan dan pandangan anda itu.

Jadilah orang yang selalu ceria, penuh harapan, dan buat dunia ini terpikat pada andai!
Wajah Ceria
Tertawa itu sehat. Buat wajah anda selalu ceria.
Saat kita tersenyum, otak akan bereaksi dan memproduksi endorphin (zat alami yang memindahkan rasa sakit). Selain itu, senyuman akan membuat anda bisa rileks. Senyuman juga akan menebarkan kegembiraan pada orang lain.
Tekankan dalam pikiran, saat anda bersama orang lain, bahwa senyuman dapat memperpendek 'jarak' antar orang lain.

Antusias dan Hasrat
Dua hal ini merupakan ibu yang melahirkan sukses. Antusias dan hasrat dapat mendatangkan uang, kekuatan dan pengaruh. Hal besar tak akan dapatdicapai tanpa antusias.
Yakin selalu pada apa yang anda kerjakan. Kerjakan tiap pekerjaan anda dengan penuh cinta. Masukan antusias dalam pribadi anda, maka ia akan menciptakan hal yang luar biasa buat anda

Tata Krama
Tingkah laku, kesopanan dan kebaikanb isa membuat orang lain percaya pada kita. Tata karma yang baik akan membuat orang lain merasa nyaman dengan kita.
Tata karma merupakan sumber kesenangan, memberikan rasa aman, dan ini dilakukan dengan menunjukan penghormatan pada orang lain.
Bersikap sopanlah pada setiap orang yang anda kenal, tidak peduli status dan kedudukan mereka. Perlakukanlah setiap orang dengan tata krama.

Nah, bagaimana , tidak sulit bukan? :-)

Seseorang yang terlalu baik dapat merusak kehidupan pribadi dan profesional Anda

Semua hal positif yang 'terlalu' memang bisa menjadi bumerang. Salah satunya adalah sikap yang terlalu baik. Menurut penelitian, menjadi seseorang yang terlalu baik dapat merusak kehidupan pribadi dan profesional Anda.
Hasil studi menyatakan, sikap terlalu baik bisa menghambat seseorang untuk maju, dan mudah dipermainkan orang lain. Masalahnya, dibandingkan pria, lebih banyak wanita yang memiliki kepribadian terlalu baik ini. Mengapa?
"Wanita dibesarkan dan dilatih untuk menjadi pribadi yang selalu baik dan melakukan hal-hal yang seharusnya dijalani. Mereka kurang dilatih untuk bersikap tegas," kata Kiki Weingarten, dari perusahaan konsultan karir, DLC Executive Coaching and Consulting, Amerika Serikat, seperti dikutip dari Shine.
Weingarten menambahkan, ketegasan bukan berarti menjadi jahat, kasar atau konotasi negatif lainnya. "Ketegasan berarti mampu berdiri sendiri dengan kemampuan yang dimiliki tanpa menyakiti orang lain atau menjadi jahat."
Menurut Craig English, salah satu penulis "Anxious To Please: 7 Revolutionary Practices For The Chronically Nice", Anda termasuk orang yang terlalu baik apabila :
1. Anda sering merasa khawatir terhadap suatu hal, dan itu tampak normal
2. Anda sering tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan
3. Anda sering minta maaf padahal tidak melakukan kesalahan
4. Keadaan emosi Anda mengikuti pasangan (jika pasangan Anda tidak bahagia, Anda juga tidak bahagia).
5. Anda tidak dapat mempertahankan perasaan romantis, dan bahkan tidak bisa memulainya
6. Anda selalu merasa merindukan sesuatu/seseorang.
Weingarten mengatakan sebanyak 99,9 persen dari klien wanitanya mengalami masalah sama, yaitu memiliki pribadi yang terlalu baik. Ia menyarankan untuk belajar mengetahui apa yang sebenarnya mereka inginkan, bukan langsung berpikir: "Tetapi dia ingin aku melakukan.... " atau "Mereka tidak akan menyukaiku jika...".
Sebenarnya bukan masalah besar jika mengecewakan seseorang. Tetapi, hal yang harus dipelajari adalah menerima atau bertoleransi dengan reaksi orang lain yang tidak puas atau tidak menyukai Anda.


Kata Bijak dari Albert Einsten

Meski ia mengatakan, "Aku tidak punya bakat khusus. Aku hanyalah orang yang penasaran." namun nama "Einstein" sangat identik dengan kata "Jenius". Hampir tidak ada seorangpun yang menolak jika Einstein dikatakan sebagai prototipe manusia jenius.
Berikut berbagai pemikiran dan pendapat sang maskot ilmuwan modern.
-Hakikatku adalah yang aku pikirkan, bukan apa yang aku rasakan
-Selagi ada cinta tidak perlu ada lagi pertanyaan
-Aku Berpikir terus menerus berbulan-bulan dan bertahun tahun, sembilan puluh sembilan kali dan kesimpulannya salah. Untuk yang keseratus aku benar.
-Kalau mereka ingin menemuiku, aku ada disini. Kalau mereka ingin bertemu dengan pakaianku, bukalah lemariku dan tunjukkan pada mereka. (Ketika istrinya memintanya berganti untuk menemui Duta Besar Jerman)
-Kebanyakan orang mengatakan bahwa kecerdasanlah yang melahirkan seorang ilmuwan besar. Mereka salah, karakterlah yang melahirkannya.
-Tanda kecerdasan sejati bukanlah pengetahuan tapi imajinasi.
-Imajinasi lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Logika akan membawa Anda dari A ke B. Imajinasi akan membawa Anda kemana-mana.
-Tidak ada eksperimen yang bisa membuktikan aku benar, namun sebaliknya sebuah eksperimen saja bisa membuktikan aku salah.
-Orang-orang seperti kita, yang percaya pada fisika, mengetahui bahwa perbedaan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan hanyalah sebuah ilusi yang terus menerus ada.
-Dunia ini adalah sebuah tempat yang berbahaya untuk didiami, bukan karena orang-orangnya jahat, tapi karena orang-orangnya tak perduli.
-Mencari kebenaran lebih bernilai dibandingkan menguasainya.
-Hidup itu seperti naik sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak.
-Sudah saatnya cita-cita kesuksesan diganti dengan cita-cita pengabdian.
-Lebih mudah mengubah plutonium dari pada mengubah sifat jahat manusia.
-Tidak ada yang lebih merusak martabat pemerintah dan hukum negeri dibanding meloloskan undang-undang yang tidak bisa ditegakkan.
-Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk masa depan. Yang terpenting adalah tidak berhenti bertanya.
-Generasi-generasi yang akan datang akan kehilangan keyakinan bahwa manusia akan berjalan di muka bumi dengan darah dan daging.
-Nilai manusia terletak pada apa yang bisa dia terima.
-Kalau nilai 9 itu kesuksesan dalam kehidupan, maka nilai 9 sama dengan x ditambah y ditambah z. Bekerja adalah x, y adalah bermain, dan z adalah untuk berdiam diri.
-Orang berjiwa besar akan selalu menghadapi perlawanan hebat dari orang-orang picik.
-Barangsiapa yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia tidak pernah mencoba sesuatu yang baru
-Hal yang paling sukar dipahami di dunia ini adalah pajak penghasilan.
-Kecerdasan tidak banyak berperan dalam proses penemuan. Ada suatu lompatan dalam kesadaran, sebutlah itu intuisi atau apapun namanya, solusinya muncul begitu saja dan kita tidak tahu bagaimana atau mengapa.
-Kebahagiaan dalam melihat dan memahami merupakan anugerah terindah alam.
-Hanya ada dua cara menjalani kehidupan kita. Pertama adalah seolah tidak ada keajaiban. Kedua adalah seolah segala sesuatu adalah keajaiban.
-Usaha pencarian kebenaran dan keindahan merupakan kegiatan yang memberi peluang bagi kita untuk menjadi kanak-kanak sepanjang hayat.
-Hanya seseorang yang mengabdikan dirinya untuk suatu alasan dengan seluruh kekuatan dan jiwanya yang bisa menjadi seorang guru sejati. Dengan alasan ini penguasaan menuntut semuanya dari seseorang.
-Kalau kau tidak bisa menjelaskannya dengan gamblang/sederhana, maka kau belum cukup memahaminya.
-Di tengah-tengah kesulitan ada kesempatan.
-Kita tidak bisa memecahkan masalah kita dengan pemikiran yang sama pada saat kita menciptakannya.
-Ini sungguh mengejutkan bahwa teknologi telah melebihi kemanusiaan kita.
-Rahasia dari kreativitas adalah mengetahui cara menyembunyikan sumber kreativitas kita itu.Sumber : http://www.whooila.com/2010/08/kata-bijak-dari-albert-einsten-yang.html#ixzz0xSIBwe3aWhooila! - Ensiklopedia Fakta Unik dan Aneh

Ibu... hadad alwi & farhan

Bersinar kau bagai cahaya
Yang selalu beri ku penerangan
Selembut citra kasihmu kan
Selalu ku rasa dalam suka dan duka

Kaulah ibuku cinta kasihku
Terima kasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatanmu

Bagaikan embun kesejukan hati ini
Dengan kasih sayangmu
Betapa kau sangat berarti
Dan bagiku kau takkan pernah terganti

Kaulah ibuku cinta kasihku
Terima kasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatanmu
Kaulah ibuku cinta kasihku
Pengorbananmu sungguh sangat berarti

Kaulah ibuku cinta kasihku
Terima kasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatanmu

Kaulah ibuku cinta kasihku
Terima kasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatanmu
Sinari hidupku dengan kehangatanmu

KESEMPATAN ITU BANYAK.. TAPI KAPAN KITA MANFAATKAN KESEMPATAN TERSEBUT??

Ops, teman2 maaf ya sebelumnya menuh2in note’y. Bila kurang berkenaan silahkan di remove, saya hanya sedikit berbagi cerita siapa tau bisa menjadi motivasi dan pengalaman.. check this out !!

Kuliah?? Siapa yang tak ingin kuliah!!.
Sangat banyak tentunya para remaja-remaja yang baru lulus SMA yang ingin melanjutkan study’nya ke bangku pendidikan yang lebih tinggi. Masalah biaya atau masalah kesempatan yang belum diraih menjadi tantangannya untuk belum melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Tentunya kita harus bersyukur [alhamdulillah..] kita bisa merasakan bangku kuliah tersebut. Sehingga terbenam didalam benak saya, sangat beruntungnya saya begitupun teman2 kuliah saya. So, apakah kita mau?? Menyia-nyiakannya??

Mungkin saya sedikit bercerita tentang keluarga dulu. Saya merupakan anak ke delapan dari delapan bersaudara. Dalam bahasa nge-trendnya anak bungsu. Saya dilahirkan di Padang Pariaman [dimana yaa] mungkin teman2 pasti bertanya-tanya. Padang Pariaman merupakan salah satu kabupaten di propinsi Sumatera Barat yang ibukotanya tentu pasti pada tau, iyaa kota Padang. Padang sebenarnya identik dengan kota bengkuang/bengkoang. Tapi entah kenapa orang lebih mengenalnya sebagi kota seribu restoran [mungkin karena banyaknya rumah makan bertebaran he..]. saya dilahirkan Rabu, 11 november 1987. Kata kakak saya sih jam setengah 11 malam [bukan malam kliwon looh..]. Saya dilahirkan oleh kedua orangtua yang tentunya sangat saya sayangi, meskipun belum pernah melihat langsung Bapak dan Ibu. Karena saya telah ditinggalkan oleh bapak yang meninggal karena sakit pada saat saya berumur 2 tahun, begitupun juga ibu yang meninggal akibat sakit pada saat saya berumur 5 tahun.

Sewaktu kecil saya hidup di lingkungan Pondok Pesantren Madrasatul ’Ulum milik almarhum KH. Aminudin Tuanku Saliah, kakek saya dari bapak. Tetapi pada usia 6 tahun saya pindah ke Kota Padang dan dibesarkan oleh bibi. Hidup dikeluarga yang berpendidikan membuat saya harus bisa banyak belajar dan terus belajar di bangku SD. Alhamdulillah, selama duduk di bangku sekolah dasar saya selalu mendapatkan peringkat pertama hingga lulus. Banyak hal kegiatan yang pernah diikuti mulai dari negatif hingga positif. Mulai jadi agen [calo] angkutan kota, pengamen, bahkan mengisi kegiatan kuliah subuh dengan berpidato di radio RRI kota Padang setiap hari minggu pagi. Eiits...selanjutnya SMP dan SMA nanti dibahas dalam judul yang berbeda. Oke.

Sekarang kita lanjut dulu ke bangku kuliah. Sebenarnya dari keluarga kandung tak seorangpun menjadi guru, bahkan bercita-cita menjadi gurupun saya tidak. Karena sebagian besar kakak kandung saya hanya bekerja berwiraswasta alias punya rumah makan padang. Merekalah yang selama ini membiayai kehidupan dan sekolah saya. [makasiih for all my brother n sist]. Truus, kenapa masuk UPI?? Yapz, sebenarnya tak ada keinginan untuk kuliah di UPI. Tadinya saya lebih memilih kuliah dengan mengambil jurusan Teknik Informasi, karena punya hobby komputer. Akan tetapi karena dulu SMAnya pas-pasan, saya tak berniat buat ikutan PMDK ataupun SPMB. Naahh, pas ditawarkan oleh kakak ipar ada kampus negeri di Serang [waktu itu kota serang belum ada..] akhirnya saya mencoba untuk mendaftarkan diri. Dan alhamdulillah diterima, meskipun tadinya khawatir tak lolos karena adanya surat pernyataan sumbangan dana pendidikan lembaga untuk UPI. Maklum, dengan keuangan pas-pasan akhirnya scooter alias vespa kebanggaan saya pun dijual murah seharga Rp. 1jt agar bisa menutupi biaya masuk kuliah [meskipun awalnya tak ikhlas dijual...hee].

Perkuliahan pun telah dimulai, saya akhirnya merasakan bagaimana menjadi mahasiswa alias 5D [datang, duduk, dengarkan, dan pulang] karena tak semua dosen bisa mengajar. Saya pun memulai karir di organisasi dengan masuk organisasi Primordial Himpunan Mahasiswa Serang (HAMAS). Mulai dari jadi anggota hingga berakhir menjadi ketua departemen advokasi di komisariat. Akhirnya sayapun didukung dan mencalonkan diri menjadi Calon Presiden dan Wapres BEM UPI Serang berduet dengan Alfi Hifziatul Himmah (PGSD 06). Padahal tadinya hanya iseng-iseng membangun konsep organisasi mahasiswa, bareng Eria, yayah dan septa (semua PGSD 06 kelas 1G). Ternyata banyak dukungan dan dorongan oleh teman2 yang memang menginginkan adanya perubahan dikampus terlebih dengan organisasi dan kebijakan tentang kemahasiswaan yang lebih pro mahasiswa.

Team pemenangan pun terbentuk, mulai dari pembicaraan di Wisma Raihan kamar paling ujung (kosan Yayah waktu itu) hingga pematangan konsep kabinet alias susunan calon kepengurusan di rumah Yeyesrumah mahasiswa paling dekat hee). Team terdiri dari Peri Iskandar dan Asep cs (Suwita, Rial and anymore). Kampanyepun dimulai, berbekal stiker bertuliskan ”Jangan Malu Dengan Almamatermu, Tapi Banggalah Dengan Almamatermu”. Karena waktu itu banyak mahasiswa yang malu dengan kampusnya, karena banyak masyarakat bahkan sopir angkot sekalipun tak mengenal kampus UPI. (salah satu

Akhirnya saya pun terpilih dengan selisih suaranya hanya 20 suara dari urutan kedua. Genderang perubahan dimulai, berawal dari pembenahan komposisi pengurus hingga membangun atau merenovasi rumah mahasiswa/ sekret BEM menjadi lebih terbuka dan menghadap ke jalanan mahasiswa. Membangun kantin BEM serta ruangan untuk perpustakaan. Bahkan pengaturan keuangan mahasiswa yang lebih transparan dan akuntabel (menterinya Siti Nursyamsiah alias Nong). Pelayanan terhadap mahasiswa juga difungsikan mulai dari pembuatan KTM, KHS, KRS mahasiswa yang hilang (waktu itu menterinya Asep). Hingga advokasi keuangan praktikum komputer alias UPI.net. dan akhirnya pengembalian uang kepada seluruh mahasiswa lama sebesar 150.000 untuk D2 dan 250.000 untuk S1 reguler. Bahkan sosialisasi UPI pun kita bawa keluar kampus diantaranya dalam kegiatan aksi-aksi sosial dan juga pertemuan BEM se-Banten dan juga menjadi presidium BEM se-Serang (waktu itu menterinya Peri Iskandar). Kegiatan-kegiatan pendidikan pun dijalankan mulai dari Seminar Pendidikan bahkan menjadi deklarator Komunitas Peduli Pendidikan Dasar se-Banten dan Jabar di Tasikmalaya tahun 2008 (waktu itu menterinya Eria) kita berangkat 2 bus sekitar 120 orang mahasiswa. Kegiatan olah raga dan senipun dijalani mulai dari sparing ke perguruan tinggi lainnya hingga ke SMA (menterinya Irfan Firdaus). Kegiatan jurnalistik mulai dari mading hingga kegiatan pelatihan juranlistik (menterinya Indri PGTK 06). Menjual aneka jajanan dan minuman (menteri Efreni PGTK 06) dan lainnya. Dan banyak kegiatan lainnya, semua diolah dan diprogram oleh sekretaris kabinet yaitu Yayah Khairul Bariyah (PGSD 06) yang sekaligus jadi ibu negara waktu itu hee...

Suatu kebanggaan adalah ketika menjadi presidium BEM se-Serang dan menjadi perwakilan dan koordinator MTQ Nasional di Banten yang mewakilkan 4 orang dari UPI. Mendampingi para gubernur-gubernur dan juga tamu lainnya seperti rombongan Presiden SBY dan juga Jusuf Kalla dengan mengatasnamakan UPI Serang tentunya adalah sebuah kebanggaan bagi saya. Dan tawaran kerjapun menghampiri saya agar bisa bergabung dan menjadi staff di Biro Protokol Propinsi Banten, tapi sayang pada waktu itu saya baru semester 4 dan masih ada 4 semester lagi untuk kuliah. Bulan juni tahun 2008 kepengurusan saya pun berakhir, akan tetapi saya terpilih menjadi ketua Dewan Perwakilan Mahsiswa (DPM). Saya pun berkesempatan lagi membangun ormawa UPI Serang, tetapi sekarang tak lagi dengan cakupan di Banten saja tapi skala Nasional. Saya bergabung dan mengenalkan UPI Serang di Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI), pada saat kongres nasional di IT Telkom sebenarnya ditunjuk menjadi Koordinator pusat tetapi saya menolaknya. Bahkan kegiatan ditingkat wilayahpun UPI serang kembali diusulkan menjadi ketua, lagi-lagi saya menolak. Karena kita merupakan kampus kecil tak sebanding dengan UI, ITB, dan Unpad [sebenarnya siih minder dan juga faktor finansial karena tak didukung lembaga hee..]. lagi-lagi kesempatan itu datang kembali.

Akhirnya saya pun kembali terpilih menjadi salah satu peserta Training Parlemen Pemuda tingkat Nasional di Bandung, mewakili Banten. Dan sekarang saya terpilih menjadi koordinator di Propinsi Banten. Tak hanya itu karir politik pun saya diminta bergabung oleh salah satu partai politik di banten. Saya pun diminta menjadi pengurus partai politik tersebut, dan alhamdulillah kesempatan datang lagi menghampiri. Saya ditunjuk dan diangkat menjadi sekretaris umum di bawah naungan DPC Partai Gerindra Kota Serang.

Bulan Desember 2010 tepatnya tanggal 16, saya serta 12 orang lainnya teman sengkatan akhirnya bernapas lega. Karena saya dan teman2 diantaranya Ani Yuliani, Yeyes, Fini, Wawan, Dian, Usep, Mathlubi, Suparsih dll diwisuda di UPI Bandung. Padahal sebenarnya bisa wisuda agustus berbarengan dengan teman yang lain. Tapi pasti pada tanda tanyakan?? Tanya saya langsung ja yaa..hee.

Tahun baru dan awal babak baru dengan status baru yaitu sarjana, dan bukan lagi mahasiswa. Tawaran kerjapun dimulai, dari jadi guru di SDN batok bali tempat PLP, hingga mengabdi di almamater sendiri sebagai assisten dosen. Semuanya tak saya ambil, karena dengan banyak pertimbanngan. Saya punya prinsip bahwa ”orang yang dikatakan sukses adalah mereka yang bisa sukses bekerja diluar bidangnya atau basicnya”. Sayapun memasukkan lamaran di beberapa tempat, sambil menunggu dibukanya penerimaan S2 di UPI. Mulai dari Primagama, Ganesha, Astra group, Nusantara Group bahkan Bank Mega. Tentunya banyak alasan kenapa tak jadi guru SD?? Prinsiplah yang menjadi landasan.

Ternyata semua lamaran masuk dan sayapun menjali proses seleksinya, tinggal mana tempat kerja yg cocok dan nyaman untuk bekerja. Tak hanya itu sayapun ikut mendaftarkan diri menjadi  pengajar muda di Indonesia Mengajar milik Anies Baswedan, P.HD salah seorang rektor termuda di Indonesia. Dari 4000 pelamar akhirnya saya masuk ke 200 besar dan tinggal menunggu hasil seleksi selanjutnya di 100 besar. Lulusan perguruan tinggi ternama seperti UI, ITB, Unpad, UGM merupakan sainga terberat agar saya bisa lulus dan mengabdi di pelosok-pelosok daerah di Indonesia baik pedalaman Papua, ambon, NTT maupun Sumatera. Dalam waktu bersamaan sayapun diterima dan juga lulus seleksi di Astra group, Nusantara group, Bank Mega dan juga di Jawa Pos Group.

Bingung dan panik karena banyak pilihan mana kerjaan yang harus diambil terus menghantui saya. Sayapun ingat bahwa keluarga mungkin menjadi harapan untuk bertanya dan meminta pendapat. Ternyata jawaban dari keluargapun belum memuaskan bagi saya karena hanya menjawab “cari yang terbaik”. Akhirnya Gedung Graha Pena Radar Banten yang menjawab semua keraguan  dan kebingungan itu. Sambil menunggu redaktur media cetak tersebut di lantai 5 gedung itu sambil memandangi pemandangan Kota serang, dalam hati sambil mengucapkan *Bismillah mudah2an jalan yang terbaik, akhirnya saya lebih memilih menjadi kuli tinta alias wartawan untuk sementara waktu sambil menunggu dibukanya penerimaan  S2 dan juga menunggu pengumuman kelulusan di Indonesia Mengajar. Semoga pilihan ini adalah yang terbaik untuk saat ini.
Semogaaa....!!

Kecemburuan (nya) pada Orang Minangkabau

“Basasok bajarami, bapandam pakuburan, soko pusako kalau tadalami, mambayang cahayo diinggiran”
Meski keseluruhan pernah saya baca dalam beberapa edisi Edisi Khusus Majalah Mingguan Tempo, tapi ketika diterbitkan bentuk buku (KPG, 2010), saya menghabiskan waktu sepekan lagi menuntaskan bacaan ulang empat judul buku — serial “Bapak Bangsa” — dimaksud. (1) Sukarno, “Paradoks Revolusi Indonesia”. (2) Hatta, “Jejak yang Melampaui Zaman”. (3) Sjahrir, “Peran Besar Bung Kecil”, dan (4) Tan Malaka, “Bapak Republik yang Dilupakan”.
Keempat “Bapak Bangsa” yang diulas dalam empat judul buku itu, di negeri ini nyaris tak seorang pun tak mengenal mereka. Soekarno dan Hatta, sang proklamator kemerdekaan, Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama. Sutan Sjahrir, Perdana Menteri RI, pertama. Dan satunya lagi, Tan Malaka, pendiri Partai MURBA, orang yang pertama merumus konsep NKRI. Namun di negeri ini tak banyak yang tahu, jika tiga nama terakhir, asal Minangkabau.

Pada saatnya, saya jujur mengemukakan kecemburuan saya, yang sekian lama terpendam, sejak saya kanak-kanak. Kecemburuan pada orang-orang Minangkabau, tak lain karena kampung halaman saya, di tepi Pantai Lapandoso Bua, Kabupaten Luwu, pada akhir abad ke-16, disitulah pertama kali berlabuh Datuk Sulaiman (Datuk Ri Pattimang), satu diantara tiga “waliullah” — asal Minangkabau — pembawa ajaran Islam pertama di Sulawesi Selatan.
***
Selain tiga nama dari empat “Bapak Bangsa”, serta tiga “waliullah pembawa ajaran Islam pertama di Sulsel, saya tidak habis fikir, bagaimanakah cara orang Minangkabau melahirkan orang hebat semisal Agus Salim (Agam, 1884), mantan Menteri Luar Negeri RI, saat Kabinet Amir Sjarifuddin dan Kabinet Hatta, Perdana Menteri RI kelima, M. Natsir (Alahan Panjang, 1908). Moh. Yamin (Sawahlunto, 1903), perumus teks Sumpah Pemuda dan Pancasila. Juga Rasuna Said (Maninjau, 1910), pejuang persesamaan laki-laki dan perempuan.
Belum lagi menyebut ulama terkemuka, Buya Hamka (Maninjau, 1908), Ketua Umum MUI, penulis novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Juga ada Marah Roesli (Padang, 1889), sastrawan Angkatan balai Pustaka, penulis roman “Siti Nurbaya”. AA Navis (padang 1924), sastrawan penulis novel “Robohnya Surau Kami”. Taufiq Ismail, penyair Angkatan 66, diantara kumpulan puisinya “Tirani dan Bentang”. Serta banyak lagi lainnya.
Berdasar misal kesemua figur unggul itu, jujur kita harus mengakui, sekaligus kecemburuan, bahwa Minangkabau memang terlanjur menjadi sumber — “reproduksi” — produksi orang-orang cerdas dan maha penting di negeri ini. “Bagaimanakah mungkin itu bisa terjadi?”. Demikian saya nyatakan pada sejumlah tokoh muda Minangkabau, sewaktu saya memberi pembekalan Orientasi Pengurus DPD KNPI Sumatera Barat, di Padang, tahun 2007, lalu.
***
Pernyataan yang saya kemukakan secara terbuka di hadapan puluhan tokoh muda Minang “Bagaimanakah mungkin itu bisa terjadi?” — mungkin diketahui pembicara sesudah saya, Indra Jaya Piliang, seorang anak muda Minang yang belakangan menonjol kecerdasannya — oleh tokoh muda Minang, juga tak paham menjawabnya harus mulai dari sisi mana. Padahal saya ingin mereka harus tahu, tak lain karena negeri ini merindukan tokoh sekaliber mereka.
Tertantang kenyataan demikian, saya kemukakan tekad saya pada sejumlah tokoh muda Minang, jika kelak suatu waktu saya punya duit, punya waktu dan punya kesehatan, saya ingin berkelana di bumi bekas Kerajaan Pagaruyung ini. Saya ingin mencari pengobat rindu atas kecemburuan itu. Saya berhasrat — meski saya bukan peneliti — ingin tahu bagaimana cara orang-orang Minangkabau “mengerami” lahirnya anak-anak bangsa secerdas mereka.
Dan sebelum tekad saya terkabul berkelana ke Nagari Minang, secara sederhana saya coba telusuri serpihan dan kepingan tradisi budaya Minangkabau, saya temukan pijakan awal. Pelecut utamanya tak lain karena di Minangkabau — satu etnis yang mendiami wilayah Sumatera Barat sekitarnya — dianut sistem “matrilinial” (silsilah berdasar garis ibu). Ibu sedikit banyaknya memiliki otoritas mengasuh untuk melecut kedigjayaan seorang anak.
***
Faktor lain, karena dalam sistem “matrilinial”, ada disebut “Harta Pusaka Tinggi”, harta milik keluarga yang diperoleh turun temurun melalui garis ibu. Harta ini tidak boleh dijualbelikan, sangat terkecuali karena ada empat hal. Satu diantaranya “mambangkik batang tarandam” (membongkar kayu yang terendam). Maksudnya, hanya bisa jika biaya pesta tak ada untuk pengangkatan penghulu (datuk) atau biaya sekolah anggota kaum ke tingkat lebih tinggi.
Hal lain lagi, karena daerah Minangkabau memiliki banyak “nagari” — daerah otonom yang memiliki kekuasaan tertinggi — dipimpin sebuah dewan disebut “Karapatan Adat Nagari”. Faktor inilah pendorong dinamika masyarakat Minang untuk berkompetisi secara konstan untuk mendapatkan status dan prestise. Setiap kepala “nagari” berlomba meningkatkan status dan prestise keluarga kaumnya. Mendapatkan harta dan sekolah setinggi-tingginya.
Mungkin sebab karena itu, tradisi perantau membias bertumbuhkembang dalam kehidupan masyarakat Minang untuk mengadu nasib di negeri orang. Selain berdagang, juga menuntut ilmu. Itulah cara ideal mencipta kematangan sekaligus prestise akan kehormatan individu di tengah lingkungan adat. Tradisi merantau ini, pada motif hias Miang, dikenal istilah “itiak pulang patang”. Anjuran merantau, mengadu nasib, pulang petang hari bawa kesuksesan.
***
Satu lagi sisi paling spektakuler, rumah gadang khas Minangkabau itu, ternyata hanya dihuni orangtua, anak gadis dan anak balita. Sementara anak laki-laki, sejak akil baliq bermukim di surau. Dari surau inilah awal mula pribadi dan karakter orang Minangkabau dibentuk. Selain belajar mengaji, bela diri randai, petitih Minangkabau, dan ilmu pengetahuan lainnya, untuk ditempa menjadi pribadi tangguh yang siap menanggung beban amanah di kemudian hari.
Saya memamahami sistem dan metode pendidikan surau seperti ini, tidak lebih kurang tiga fase, secara pribadi saya pernah mengalaminya. Pertamakali ketika ikut mengaji dan kajian di kampung. Hal sama kedua kalinya, ketika masa remaja ikut pendidikan “mondok” selama enam tahun di Makassar, dan ketiga kalinya masa mahasiswa saat terlibat di HMI Makassar. Sebab kaitan itu, kecemburuan saya pada orang-orang Minangkabau, tak pudar dan surut.
Terlebih lagi, pesan disampaikan seorang anak gadis Minangkabau ketika saya berkunjung ke Padang, tahun 2007 lalu — seperti saya tuliskan di awal catatan ringan ini — masih lekat teringat dalam benak saya. “Kalaulah ajaran adat dapat didalami dan difahami dengan baik, serta diamalkan di tengah masyarakat, maka masyarakat itu kelak akan tinggi mutunya”.