Kilasan di atas adalah potongan kisah yang terjadi 2 tahun silam, tepatnya Februari 2007. Berawal dari Latihan Dasar Training Advokasi dan Legislatif (LADSI) 2007 oleh BPM UNPAD, sebuah wacana tentang keberadaan lembaga legislatif mahasiswa di tingkat nasional semakin membuncah di fikiran masing-masing peserta LADSI. Kemandegan kinerja beberapa DPM di Universitas menyebabkan semakin terasakannya sebuah kebutuhan terhadap sebuah forum bertemu dan beranjangsana bagi lembaga legislatif mahasiswa di tingkat nasional.
Setelah melewati training advokasi dan legislatif oleh BPM Unpad dan Parlemen Pemuda Indonesia (PPI)
sekitar 3 hari, maka di hari terakhir diadakan pembahasan khusus tentang forum tersebut. Forum yang sebelumnya memang sudah ada, tapi kemudian mati suri beberapa tahun, menjadi gerundelan tersendiri bagi peserta. Kenapa forum ini sampai mati suri? Kenapa harus dibahas kembali, sementara peserta yang hadir sama sekali tak punya kepentingan apa pun terhadap forum ini? Ya, pertanyaan yang hadir adalah mengapa dan mengapa?
Hingga pada titik akhir setelah mempertimbangkan haruskah lembaga yang telah mati suri ini dimunculkan kembali, muncul sebuah kesepakatan bersama bahwa apa pun nama forum ini baik dia sudah pernah mati suri atau belum, yang pasti kita bersama disini, delegasi DPM dari Universitas yang tersebar dari Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi memiliki kesamaan kebutuhan. Maka, hadirlah sebuah ide besar untuk menghadirkan kembali wadah bersama bagi lembaga legislatif mahasiswa di tingkat nasional.
Ia hadir bukan di ruang hampa tanpa makna. Ia hadir bukan karena kami membutuhkan eksistensi semata. Ia hadir karena kami memiliki mimpi besar bahwa wadah ini sebagai alat perjuangan kami untuk dapat berkontribusi bersama terhadap almamater tercinta serta perbaikan bangsa ini.
Itulah gejolak yang terasakan ditengah diskusi panjang dan berlarut-larut. Bersama mengambil keputusan untuk membentuk wadah ini kembali, sama sekali bukan hal yang mudah. Ditengah kondisi beberapa kampus masing-masing yang sedang penuh gejolak, mulai dari intervensi (tekanan) pihak rektorat, kemampanan sistem pemerintahan mahasiswa, politik kampus yang memanas serta pastinya masalah internal masing-masing DPM. Namun itu semua, sama sekali tak menghalangi langkah dan komiten bersama untuk mewujudkan perbaikan dalam tubuh lembaga legislatif mahasiswa secara utuh.
Nanggroe Aceh Darussalam. Dari sanalah sejarah panjang ini akan kembali digoreskan. Akan tetapi itu semua bukan berarti tanpa aral melintang sama sekali. Sekitar Juli 2007 ide besar untuk membentuk wadah bersama itu kembali digulirkan dalam pertemuan DPM Se-Indonesia di DPM UII Yogyakarta. Setelah beberapa bulan (sekitar 5 bulan) berlalu tanpa ada kejelasan tentang pelaksanaan persiapan pertemuan di Aceh, maka atas inisiasi beberapa Universitas yang hadir sebelumnya di LADSI, nama FL2MI mulai dilemparkan pada pertemuan di Jogja ini.
Pertentangan jelas terjadi. Indikasi bahwasanya gagasan FL2MI ini ditunggangi oleh gerakan mahasiswa atau partai politik tertentu sangat terasa. Maka tak ayal beberapa Universitas menolak mentah-mentah gagasan FL2MI. Ditengah riuh gemeriahnya acara pertemuan DPM Se-Indonesia, diskusi tentang FL2MI terus dilakukan untuk membuka fikiran bersama akan kebutuhan wadah kebersamaan bagi lembaga legislatif mahasiswa Indonesia. Perlahan suasana yang semula memanas pun mulai mencair dengan saling membuka fikiran masing-masing. Proses mengajak bersama untuk hadir di Aceh dan mencetuskan wadah baru ini, akhirnya menemui titik terang. Beberapa Universitas menyatakan kebersediaannya untuk hadir.
Akhirnya pintu itu terbuka sedikit lebih lebar. Kawan-kawan dari Aceh memberi kabar akan dilaksanakan Konggres I FL2MI untuk merumuskan wadah baru bagi FL2MI. Namun, kembali aral melintang menguji komitmen bersama. Ternyata tidak semua Universitas yang hadir di LADSI dapat menghadiri Konggres I ini ditambah konsep acara yang akan diusung bersama untuk melahirkan FL2MI ternyata masih menjadi tanda tanya bersama.
Kala itu, masih saya ingat dengan jelas bagaimana usaha bahu membahu antara kawan-kawan di Jogja, Aceh serta wilayah yang lain harus menyiapkan Konggres bersama-sama, karena keterbatasan informasi, saksi sejarah serta keterputusan informasi dari pemegang tampuk sebelumnya tentang proses lahirnya wadah ini sebelumnya lalu menjadi mati suri.
Ketika saya melobi satu persatu Ketua-ketua DPM yang hadir di LADSI dan DPM Se-Indonesia di DPM UII untuk hadir di Aceh, maka hadirlah jawab-jawaban yang membuat saya dan kawan-kawan sempat runtuh. “Maaf, saya tidak bisa karena kampus sedang ada Pemilwa”. Atau di saat lain dijawab, “Maaf, karena permasalahan dana, kami belum bisa berangkat”. Lalu sempat juga dijawab, “Maaf, kami belum bisa datang ke Aceh, karena kampus sedang ada masalah dengan rektorat”. Demikianlah beberapa jawaban yang sempat kami dapatkan saat itu.
Berhentikah semuanya hanya disana? TIDAK. Dengan keyakinan bersama bahwa FL2MI harus segera dilahirkan kembali, maka Konggres I FL2MI pun berjalan di negeri Serambi Mekah ini. Saya memang bukan saksi sejarah yang hadir bersama kawan-kawan di Aceh, kala itu. Akan tetapi, perjuangan panjang menghadirkan di FL2MI kembali secara legal formal di Aceh akan menjadi catatan tersendiri dalam kenangan kami bersama.
Melewati beberapa hari dan malam non stop untuk merumuskan kembali wajah baru FLMI ditambah perdebatan dan diskusi panjang adalah serangkaian sejarah panjang yang harus dilewati. Kawan-kawan Aceh (Universitas Syah Kuala) yang berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi terselenggaranya Konggres I FL2MI ditengah kondisi pendanaan yang sempat di ujung tanduk adalah bagian pernak-pernik dari proses panjang ini.
Akhirnya, malam itu saya bisa bernafas cukup lega setelah berjuang dengan beberapa kawan-kawan baik yang di Aceh, maupun di wilayah Indonesia yang lain, kabar gembira kami terima dari Aceh beberapa hari berikutnya bahwasanya Konggres I FL2MI telah usai dan lahirlah FL2MI secara legal formal melalui AD/ART FL2MI yang baru!
November 2007 Kaliurang Yogyakarta. Di titik ini, perjuangan itu kami lanjutkan kembali. Dalam Training Legislatif Nasional&Mukernas (Musyawarah Kerja Nasional) FL2MI yang diadakan oleh UNY (Universitas Negeri Yogyakarta), hadirlah sekitar 30 lebih Universitas yang telah tergabung dalam FL2MI maupun yang belum untuk duduk bersama dan mengejahwantahkan gerak langkah FL2MI secara lebih jelas.
Suatu perkembangan yang luar biasa dari pertemuan ini adalah ekspansi FL2MI yang semakin meluas. Kawan-kawan yang saat itu belum tergabung dalam FL2MI, akhirnya menyatakan untuk bergabung dalam FL2MI. Melalui momentum ini, isu bahwasanya FL2MI hanyalah milik kampus Negeri, karena sebagian besar anggota di awal terbentuknya FL2MI adalah kampus negeri, mulai terhapuskan. Maka sejak itu tak ada lagi dikotomi kampus swasta atau kampus negeri, yang ada hanyalah satu bahwasanya kami adalah FL2MI!
Tulisan ini saya dedikasikan bagi kawan-kawan alumni FL2MI dan juga penerus FL2MI selanjutnya.
“Tak Ada Kata Patah Arang Kawan!”.
Yuli Tri Rahayu
Alumni FL2MI-pengamat setia FL2MI
http://fl2mi.or.id/viewpage.php?page_id=9
Setelah melewati training advokasi dan legislatif oleh BPM Unpad dan Parlemen Pemuda Indonesia (PPI)
sekitar 3 hari, maka di hari terakhir diadakan pembahasan khusus tentang forum tersebut. Forum yang sebelumnya memang sudah ada, tapi kemudian mati suri beberapa tahun, menjadi gerundelan tersendiri bagi peserta. Kenapa forum ini sampai mati suri? Kenapa harus dibahas kembali, sementara peserta yang hadir sama sekali tak punya kepentingan apa pun terhadap forum ini? Ya, pertanyaan yang hadir adalah mengapa dan mengapa?
Hingga pada titik akhir setelah mempertimbangkan haruskah lembaga yang telah mati suri ini dimunculkan kembali, muncul sebuah kesepakatan bersama bahwa apa pun nama forum ini baik dia sudah pernah mati suri atau belum, yang pasti kita bersama disini, delegasi DPM dari Universitas yang tersebar dari Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi memiliki kesamaan kebutuhan. Maka, hadirlah sebuah ide besar untuk menghadirkan kembali wadah bersama bagi lembaga legislatif mahasiswa di tingkat nasional.
Ia hadir bukan di ruang hampa tanpa makna. Ia hadir bukan karena kami membutuhkan eksistensi semata. Ia hadir karena kami memiliki mimpi besar bahwa wadah ini sebagai alat perjuangan kami untuk dapat berkontribusi bersama terhadap almamater tercinta serta perbaikan bangsa ini.
Itulah gejolak yang terasakan ditengah diskusi panjang dan berlarut-larut. Bersama mengambil keputusan untuk membentuk wadah ini kembali, sama sekali bukan hal yang mudah. Ditengah kondisi beberapa kampus masing-masing yang sedang penuh gejolak, mulai dari intervensi (tekanan) pihak rektorat, kemampanan sistem pemerintahan mahasiswa, politik kampus yang memanas serta pastinya masalah internal masing-masing DPM. Namun itu semua, sama sekali tak menghalangi langkah dan komiten bersama untuk mewujudkan perbaikan dalam tubuh lembaga legislatif mahasiswa secara utuh.
Nanggroe Aceh Darussalam. Dari sanalah sejarah panjang ini akan kembali digoreskan. Akan tetapi itu semua bukan berarti tanpa aral melintang sama sekali. Sekitar Juli 2007 ide besar untuk membentuk wadah bersama itu kembali digulirkan dalam pertemuan DPM Se-Indonesia di DPM UII Yogyakarta. Setelah beberapa bulan (sekitar 5 bulan) berlalu tanpa ada kejelasan tentang pelaksanaan persiapan pertemuan di Aceh, maka atas inisiasi beberapa Universitas yang hadir sebelumnya di LADSI, nama FL2MI mulai dilemparkan pada pertemuan di Jogja ini.
Pertentangan jelas terjadi. Indikasi bahwasanya gagasan FL2MI ini ditunggangi oleh gerakan mahasiswa atau partai politik tertentu sangat terasa. Maka tak ayal beberapa Universitas menolak mentah-mentah gagasan FL2MI. Ditengah riuh gemeriahnya acara pertemuan DPM Se-Indonesia, diskusi tentang FL2MI terus dilakukan untuk membuka fikiran bersama akan kebutuhan wadah kebersamaan bagi lembaga legislatif mahasiswa Indonesia. Perlahan suasana yang semula memanas pun mulai mencair dengan saling membuka fikiran masing-masing. Proses mengajak bersama untuk hadir di Aceh dan mencetuskan wadah baru ini, akhirnya menemui titik terang. Beberapa Universitas menyatakan kebersediaannya untuk hadir.
Akhirnya pintu itu terbuka sedikit lebih lebar. Kawan-kawan dari Aceh memberi kabar akan dilaksanakan Konggres I FL2MI untuk merumuskan wadah baru bagi FL2MI. Namun, kembali aral melintang menguji komitmen bersama. Ternyata tidak semua Universitas yang hadir di LADSI dapat menghadiri Konggres I ini ditambah konsep acara yang akan diusung bersama untuk melahirkan FL2MI ternyata masih menjadi tanda tanya bersama.
Kala itu, masih saya ingat dengan jelas bagaimana usaha bahu membahu antara kawan-kawan di Jogja, Aceh serta wilayah yang lain harus menyiapkan Konggres bersama-sama, karena keterbatasan informasi, saksi sejarah serta keterputusan informasi dari pemegang tampuk sebelumnya tentang proses lahirnya wadah ini sebelumnya lalu menjadi mati suri.
Ketika saya melobi satu persatu Ketua-ketua DPM yang hadir di LADSI dan DPM Se-Indonesia di DPM UII untuk hadir di Aceh, maka hadirlah jawab-jawaban yang membuat saya dan kawan-kawan sempat runtuh. “Maaf, saya tidak bisa karena kampus sedang ada Pemilwa”. Atau di saat lain dijawab, “Maaf, karena permasalahan dana, kami belum bisa berangkat”. Lalu sempat juga dijawab, “Maaf, kami belum bisa datang ke Aceh, karena kampus sedang ada masalah dengan rektorat”. Demikianlah beberapa jawaban yang sempat kami dapatkan saat itu.
Berhentikah semuanya hanya disana? TIDAK. Dengan keyakinan bersama bahwa FL2MI harus segera dilahirkan kembali, maka Konggres I FL2MI pun berjalan di negeri Serambi Mekah ini. Saya memang bukan saksi sejarah yang hadir bersama kawan-kawan di Aceh, kala itu. Akan tetapi, perjuangan panjang menghadirkan di FL2MI kembali secara legal formal di Aceh akan menjadi catatan tersendiri dalam kenangan kami bersama.
Melewati beberapa hari dan malam non stop untuk merumuskan kembali wajah baru FLMI ditambah perdebatan dan diskusi panjang adalah serangkaian sejarah panjang yang harus dilewati. Kawan-kawan Aceh (Universitas Syah Kuala) yang berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi terselenggaranya Konggres I FL2MI ditengah kondisi pendanaan yang sempat di ujung tanduk adalah bagian pernak-pernik dari proses panjang ini.
Akhirnya, malam itu saya bisa bernafas cukup lega setelah berjuang dengan beberapa kawan-kawan baik yang di Aceh, maupun di wilayah Indonesia yang lain, kabar gembira kami terima dari Aceh beberapa hari berikutnya bahwasanya Konggres I FL2MI telah usai dan lahirlah FL2MI secara legal formal melalui AD/ART FL2MI yang baru!
November 2007 Kaliurang Yogyakarta. Di titik ini, perjuangan itu kami lanjutkan kembali. Dalam Training Legislatif Nasional&Mukernas (Musyawarah Kerja Nasional) FL2MI yang diadakan oleh UNY (Universitas Negeri Yogyakarta), hadirlah sekitar 30 lebih Universitas yang telah tergabung dalam FL2MI maupun yang belum untuk duduk bersama dan mengejahwantahkan gerak langkah FL2MI secara lebih jelas.
Suatu perkembangan yang luar biasa dari pertemuan ini adalah ekspansi FL2MI yang semakin meluas. Kawan-kawan yang saat itu belum tergabung dalam FL2MI, akhirnya menyatakan untuk bergabung dalam FL2MI. Melalui momentum ini, isu bahwasanya FL2MI hanyalah milik kampus Negeri, karena sebagian besar anggota di awal terbentuknya FL2MI adalah kampus negeri, mulai terhapuskan. Maka sejak itu tak ada lagi dikotomi kampus swasta atau kampus negeri, yang ada hanyalah satu bahwasanya kami adalah FL2MI!
Tulisan ini saya dedikasikan bagi kawan-kawan alumni FL2MI dan juga penerus FL2MI selanjutnya.
“Tak Ada Kata Patah Arang Kawan!”.
Yuli Tri Rahayu
Alumni FL2MI-pengamat setia FL2MI
http://fl2mi.or.id/viewpage.php?page_id=9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar