Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa
menyatakan, sumber daya alam Indonesia belum dimanfaatkan secara
optimal. Meski demikian, semua isi perut bumi Indonesia mulai tahun 2014
tidak boleh lagi dijual secara mentah, kecuali setelah para putra
bangsa mengolahnya sendiri.
“Salah satu kunci sukses mengatasinya adalah dengan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia kita, supaya semakin inovatif
dan kreatif, sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan zaman,” kata
Hatta Radjasa saat memberikan kuliah umum di Gedung Kebudayaan Kampus
Universitas Pendidikan Indonesia Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung,
Sabtu (12/5/2012).
Hatta hadir di UPI dalam rangka peluncuran Pusat
Pengkajian dan Pengembangan dan Kewirausahaan Kreatif Wilayah Priangan
Timur dan Pelatihan Kewirausahaan Bagi Mahasiswa, Santri, dan Pelaku
Usaha. Hadir dalam acara tersebut Rektor UPI Prof. Dr. Sunaryo
Kartadinata, Sekda Jabar Lex Laksamana, para Deputi Kemenko Perekonomian
dan para pejabat di lingkungann Pemprov Jabar dan UPI.
Dalam
kuliah umum berjudul, “Menuju Indonesia yang Maju, Mandiri, dan Unggul
dalam Persaingan Global” ini Hatta Radjasa mengatakan, Indonesia dalam
tantangan global mendapatkan berkah mampu mengatasi berbagai rintangan
dan terus maju bersaing.
“Agar bangsa ini tetap survive dan bahan memiliki added value,
bangsa Indonesia harus menambah wirausahawan. Potensi bangsa ini harus
terus digerakkan. Dan kita harus memupus stigma bahwa pengusaha adalah
keturunan. Yang benar adalah, semua orang berpeluang menjadi pengusaha,
anak petani juga bisa menjadi pengusaha,” kata Hatta kelahiran Pelambang
yang kuliah di Institut Teknologi Bandung ini.
Hatta menegaskan bahwa jiwa wirausaha bukanlah
keturunan, melainkan persoalan mindset bahwa seseorang mesti memiliki
cara pandang bahwa segala sesuatu mesti berjalan lebih baik.
Wirausahawan, dalam bahasa agama, adalah orang yang bersyukur. Orang
yang bersyukur adalah orang yang hari ini harus lebih baik dibandingkan
hari kemarin.
Menurut pria yang mengaku tidak asing dengan UPI, karena
tinggal di Gegerkalong selama kuliah, dirinya tidak bisa melupakan
sejarah pribadinya sebagai wirausahawan. Sejak usia muda dan menjadi
mahasiswa, dirinya membuka CV dengan modal pemberian Prof. Numan
Somantri, mantan Rektor UPI.
“Saya menjadi direktur utama, sekaligus staf, menjadi
manajer pemasaran, tukang ketik, dan merangkap segalanya. Selama tiga
bulan saya bolak-balik melakukan perjalanan Bandung-Jakarta menggunakan
bus mencari order. Proposal yang kami tawarkan banyak ditolak, dan
bahkan ditertawakan. Meski demikian, akhirnya, kami menerima order dari
Lemigas dengan nilai kontrak sebesar 5.000 Dolar AS,” ,” kata Hatta.
Hatta mengungkapkan, perguruan tinggi harus melahirkan
para pebisnis pemula yang kelak akan menjadi motor penggerak pembangunan
bangsa. Sebab, di dunia ini, tak ada satu negara pun yang sukses tanpa
memiliki wirausahawan yang tangguh. Negara yang sukses minimal memiliki
2% sebagai pengusaha.
“Tahun 2012, Indonesia memiliki satu koma sekian persen
pengusaha. Meski demikian, ini sudah ada peningkatan, karena tahun
sebelumnya hanya ada nol koma sekian persen. Padahal, Negara tetangga
yang sukses memiliki pengusaha delapan koma sekian persen,” ujar Hatta.
Hatta mengaku menaruh hormat yang tinggi kepada mereka
yang berlatih menjadi wirausahawan. Sebab, pebisnis adalah orang
pemberani, tidak hanya mencari rezeki untuk diri sendiri melainkan juga
member lapangan kerja bagi orang lain.
Ia yakin bahwa bangsa Indonesia mampu menjadi pengusaha.
“Kita harus yakin bahwa kita mampu. Sebab, kita anggota G-20, sebagai
negara terkemuka dalam konteks kawasan dan juga pemikiran global.
Hatta yakin bahwa ceruk pasar bagi produk enovatif dan
kreasi bangsa Indonesia masih besar. Ceruk pasar ini akan diisi oleh
negara tetangga jika bangsa Indonesia tidak segera mengisinya. Ia yakin
bahwa menjadi wirausahawan modalnya bukan uang, melainkan sumber daya
manusia yang tercerahkan.
Ia mengungkapkan bahwa generasi muda Amerika Serikat,
Eropa dan Jepang dalam waktu beberapa puluh tahun lagi akan menjadi tua,
sementara mereka tidak suka memiliki anak. Sedangkan bangsa Indonesia
dalam toga puluh tahun ke depan akan terdiri dari generasi yang siap
kerja.
“Sumber daya alam sesungguhnya juga modal. Tapi ini akan
habis dan tak bisa diperbarukan. Putra-putri bangsa Indonesia harus
mampu mengolah sumber daya ala mini secara kreatif dan inovatif, di
samping kita memiliki wira usahawan. Tanpa pengusaha, maka pembangunan
kita akan mengalami mismatch, kondisi ini pada akhirnya menyebabkan
overheating ekonomi,” ujar Hatta.
Business Plan
Dalam kesempatan itu, Menko Perekonomian bersama Rektor
UPI menyerahkan penghargaan kepada peserta pelatihan kewirausahaan
sebagai pembuat perencanaan bisnis (business plan) terbaik. Mereka adalah Gibran Sapta Wigoena, juara 1 dengan judul “Right Bag Custom”; Feri Novriadi, juara 2, dengan judul “Gethut Super Banten”; dan Sani, juara 3, dengan judul “Tas Laptop NKRI”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar